Friday, April 22, 2016

Mengapa Android Sudah Tak seperti Dulu



Sistem operasi sejuta umat, Android, sempat menjadi sorotan sepanjang tahun 2015 lalu. Pasalnya, banyak celah keamanan ditemukan dan membuatnya rawan diserang.

Namun, kini, Google mengklaim bahwa Android sudah tidak seperti dulu lagi. Jumlah serangan yang dihadapi oleh sistem operasi mobilebuatannya dikatakan jauh lebih menurun dari awal-awal kehadirannya.

Pada tahun 2015, Android banyak mendapat sorotan karena celah ataubug Stagefright yang membuat sekitar 500 juta pengguna ponsel Android berada dalam bahaya.

Bug Stagefreight selama ini dikenal sebagai bug Android yang paling berbahaya. Celah keamanan ini bisa dimanfaatkan untuk mengontrol dan mengambil data ponsel Android dari jarak jauh.

Bug Stagefright kali pertama ditemukan oleh firma keamanan Zimperium pada Juli 2015. 

Stagefright jenis baru, versi 2.0, kemudian ditemukan pada Oktober 2015. Bug ini menyamar sebagai file ".mp3" atau ".mp4" yang jika dibuka bisa membuat orang lain mengeksekusi program berbahaya.

Google membantah hal tersebut dengan menggunakan data. Menurut Google, desas-desus yang membuat pengguna khawatir itu bertolak belakang dengan data yang mereka miliki. Bahkan, OS Android diklaim Google sudah tidak seberbahaya dulu lagi.

"Data yang kami miliki ternyata bertentangan dengan kehebohan yang diperbincangkan oleh publik," kata Adrian Ludwig, Lead Security Engineer Android, seperti dikutip KompasTekno dari Recode, Rabu (20/4/2016).

Menurun drastis

Menurut data yang terangkum dalam laporan bertajuk "Android Security State of the Union", Google mengklaim, sepanjang tahun 2015 lalu, persentase perangkat Android yang dipasangi aplikasi berpotensi membahayakan sedikit sekali.

Jumlahnya, menurut Google, hanya 0,15 persen dari total semua perangkat Android yang beredar di dunia pada saat itu. Google juga mengklaim, angka tersebut tidak berbeda jauh dengan temuannya pada 2014.

Google sepanjang 2015 telah berupaya menjaga agar aplikasi-aplikasi yang beredar di toko digitalnya itu bersih dari aplikasi jahat yang mengandung malware atau program-program jahat lainnya.

Upaya itu termasuk memberikan update keamanan ke ponsel Android. 

Menurut Google, upayanya itu mampu memangkas instalasi aplikasi berbahaya di ponsel pengguna sebanyak 40 persen dibandingkan dengan tahun 2014.

Pengumpulan data secara diam-diam (data collection) yang dilakukan suatu aplikasi bisa ditekan lebih dari 40 persen dengan menjadi hanya 0,08 persen jumlah instalasi.

Spyware (software mata-mata) yang beredar di aplikasi Android menurun 60 persen dengan hanya tersisa 0,02 persen instalasi.

Cara update yang diberikan kini juga semakin terkontrol oleh Google. Pasalnya, semenjak versi Android 5.0, Google sendiri yang memberikan update keamanan, bukan produsen hardware atauponsel lagi.

Fitur keamanan bisa jadi nilai tawar

Di versi Android 6.0 Marshmallow, Google juga mengenalkan fitur keamanan baru seperti enkripsi penyimpanan secara penuh, baik untuk penyimpanan internal maupun eksternal.

Aplikasi yang di-update juga akan meminta izin lebih dulu, dan pengguna juga bisa mengatur data apa saja yang ingin dibagi dan yang tidak, dengan suatu aplikasi.

Para pengamat menilai, memang sudah saatnya bagi Google untuk menaruh perhatian lebih ke toko aplikasinya, mengingat serikat European Union (EU) berencana menuntut Google karena dituduh memonopoli dengan bundling aplikasi sendiri di ponsel-ponsel Android.

Google bisa berkilah, EU mungkin tidak suka dengan cara kerja toko aplikasinya. Namun, setidaknya, keamanan terhadap aplikasi-aplikasi yang dijual itu terjamin.

No comments:

Post a Comment